Disaat aku mulai menyadari hampir setengah pekan waktuku akhir2 ini terasa tersita untuk memikirkan satu nama yang betah tinggal dihati dan fikiranku, dan jujur belum ada terbesit niat di hati ini tuk mencegahnya melayang di benakku. Nama yang menurutku Indah bahkan satuan diatasnya akan ku sematkan disisi panggilan tersebut, Warda…, Bunga yang indah, begitulah makna yang terendap. Sedikit menyesal karena Bunga itu masih kupandangi dipinggiran hatiku yang terus bersembunyi Namun berhasrat memiliki.
Selayaknya anak satu angkatan di Sekolah, tak jauh dari itu pula kami menjalin hubungan dengan kegilaan bergaul dan canda tawa bahkan setitik peringatan akan adanya Hati yang mulai bersemi benar2 belum tertatap saat detik itu, penyesalan yang takdirnya selalu datang terlambatlah yang menyentuhku tuk menyadari bahwa dari jauh perjalanan waktuku sebelumnya, aku selalu memperhatikan dia, lebih dari keseharusanku semestinya..
Masih terus berputar duniaku menemani apa yang kurasa, Aku coba menggenggam erat keadaan jiwaku dan menganggap ini hal yang biasa bagiku yang sudah pasti rentan jatuh cinta karena lebih dari 1000 hari aku tlah kehilangan cahayaku, maksudku Jomblo. Tetapi tidak!! Aku paham atas segalanya tentang diriku, aku bukan remaja yang mudah jatuh cinta!!! Aku terlalu selektif memilih pribadi yang benar2 pantas untuk aku cintai, dan terbukti hingga hampir 3 tahun aku Vacum tuk mencinta dan dicinta!!! Terlepas dari itu Warda adalah satu yang special, dan aku yakin ini momen yang selalu kurindu, aku suka dan tertarik bahkan menggilai apa yang ada padanya..
Akhirnya aku tak ingin menjadi pecundang dengan banyaknya tumpukan mimpi akan cinta, aku mulai mencoba menelusuri bilik hatinya.. “ Warda pa kbr? Ge paen ne? Da makan g?” Hasil ketikan Ibu Jemariku yang rutin mengudara berharap menjadi satu perhatian, meski terkesan lambat namun aku yakin akan terus mamberikan akumulasi cinta.. tak mungkin aku membebani dirinya tuk membalas pesanku, Aku dan Wardah berkomunikasi dibelenggu semunya Jaringan telpon Genggam..:
Tuut…tuuut…
“Assalamualaikum”
“Wa’alaikum salam”
“Ne Honey ya???”
“Ihh… Gila!!!! Napa Vany?? (Vany = Nama Ancur Van)
“Kangen!!”
“Hmm???”
….
“Warda Jalan yuk hari minggu ka Anggar?!”
“Ah…!!!! Malas, aku ada acara ”
“Ooh, Gitu ya"
(setelah hampir 2 jam)
“Iya, jadi…Dasar keras kepala"..
“Oke, jam 3 di Anggar… Ditunggu ya!!! dah dulu ya…”
“Da…………”
…….
Tuuuut tuuut
Minggu, 19 Okt 08 pkl 17.00
Setelah Bubar dari TKP (Tempat Kejadian PDKT) yang sesuai jadwal tadi, tak terbayangkan betapa indahnya satu rasa yang menggebu bersama detak jantung dan nafasku ini, secara manual senyum tawa selalu menghiasiku.. Tak terbayang betapa manisnya saat itu!!! Kami mulai dengan bercerita dan menyebar canda dan tentu saja dilanjutkan dengan beberapa Agitasi hingga pebicaraan yang lebih serius tentang hatiku dan hatinya…
Warda masih saja membisu meski dia menyadari bahwa sesuatu yang asing telah hadir dalam suasana saat ini, hingga akhirnya dia mulai berbicara dan menyulitkan aku dengan beberapa pertanyaan yang ku sadari memang pantas diucapkannya.. Warda mulai bertanya akan perubahan drastis atas sikapku dulu yang hanya menganggapnya tak lebih dari teman, aku hanya memberikan dia beberapa alasan dan berharap dia mengerti tentang apa yang telah terjadi tanpa aku harus mengumbar kata2 cinta dalam waktu yang sesingkat itu kepadanya. Berulang kali aku memastikan perasaanku bukan hanya wujud dari kegilaanku atau ini sebatas gurauan belaka apalagi ada maksud tertentu dibalik semua tingkahku, aku sendiri menyadari akan banyaknya tekanan psikologi dan kesenjangan dari maksud tertentu yang akan melandanya karena terlau banyak cerita yang sudah2 terjalin di masa lalu, dan akihirnya aku benar2 tak tahu apa yang ada di dalam fikiran waita berparas cantik itu..
Warda mulai menyikapi pembicaraan tentang cintaku dan aku mulai menemui liku dari perjuanganku, Aku sempat goyah ketika Warda memberikan pertanda akan minimnya kesiapan dirinya menyambut cinta… satu kewajaran baginya yang selama ini menghabiskan sebagian masa remajanya dengan lembaran kertas2 bertulis dan beberapa pekerjaan rumah yang menjadi kesehariannya sebagai anak yang sedang berada di tempat jauh dari kota kelahiran dan keluarganya hingga perannya sebagai siswi berprestasi yang akan mencapai akhir dari masa2 lelahnya menggali Ilmu di Sekolah.. Aku tak sependapat dengan semua alasannya meski aku mengerti dan sadari itu sangat2 Rasional! Menrutku Warda terlalu jauh berfikir kedepan dan hanya berfokus pada sisi negatifnya jika dia benar2 menyambut cintaku, secara tidak langsung Warda melecehkan aku dan Cinta yang notabene tercipta hanya untuk memberikan keindahan nyata! Warda tak pernah berpaling berfikir sesuatu yang indah dan jauh dari dugaannya sebelumnya..
Tapi aku tak semudah itu untuk menyerah dalam menunjukkan keseriusanku ingin menjalin Cinta dengannya!! Tak akan berhenti aku mengenalkan Cinta dan Cinta padanya, meski aku bukan pujangga tapi aku adalah Pecinta yang terlanjur dikuatkan apa yang ada padanya, Warda yang ku puja..
Terus bersemi apa yang ada di hati ini, aku semakin jauh memikirkan Warda, hingga Tuhan datang tuk mengilhamiku yang hampir kehabisan cara untuk myakinkan dia bahwa akulah yang layak untuk memeluk suci dan sempurna dirinya..
Warda tlah bermain dengan hatiku dan terus menyengat butiran cintaku dan buatku layu, dan harus segera menyadari bahwa aku benar2 tidak sedang bermain-main dengan perasaan!!
Aku hanya memiliki beberapa kalimat untuk menjelaskan keadaan suasana hatiku yang terlalu perih menyimpannya sendiri, sakitnya menahan untuk melakukan sesuatu yang selalu diinginkan dan memberikan Warda satu kepastian akan perihnya rasa kecewa jika nanti dia salah untuk melangkah.
Dear Warda Sungguh aku benar2 tak mengerti akan apa yang tlah terjadi, Mungkin hanya satu samaran arti atau kepastian yang sulit dimengerti, entah lah.. Dan aku mulai berbicara tentang sesuatu yang mungkin jauh dari semua itu, Cinta…. Salah ternyata cukup mampu menyadarkan aku yang tak bisa menghapus keraguan tuk terbitkan kuatnya keyakinanku, Aku tlah jatuh dalam pesonamu… Kini tergores sudah cerita yang telah tertulis jauh dalam asa ini, Aku akan memilikimu… Aku tak peduli lagi bagaimana cara dirimu menafsirkan semua ini, atau bagaimana asingnya suasana ini setelah dihiasi dengan cinta, bahkan aku tak peduli caramu menyambut kesungguhan rasa ini!!!... namun harap ini terus mengalir bersama genangan cintaku padamu, cobalah berpaling menatap kegilaan cintaku yang terus bersemi saat menatap indahmu… Munculnya dilema yang menyentuhmu adalah harapan bagiku untuk akhir yang lebih indah karena aku menanti bukan untuk sesuatu yang mengecewakan karena aku datang atas nama cinta janji penuh makna memberi arti dalam hidupmu, aku disini untukmu!!! Cinta bukanlah Indahnya dicintai, tapi Cinta adalah setulus kita mencoba untuk menyayangi, memberi arti dan mewujudkan mimpi, Dan tulusnya cintaku adalah kenyataan dalam fantasi duniamu.. Bayangkan caramu menyihir hatiku dengan kedamaian dan keindahan meski aku hanya sebatas mengingat tentangmu, Bahkan tak berdayanya aku yang angkuh ini tuk tunduk memuja Bidadari surgawi sepertimu.. Coba sadari arti hadirmu dan hapus segala kemunafikanmu akan cinta!! Dan mulai berorientasi menuju kebahagiaan yang terendap di waktu mendatang.. Aku bersumpah menjadi yang terbaik selama abadinya cinta setia untuk menjaga kita bertahan.. Aku bukanlah pribadi yang tak tersentuh ketidaksempurnaan, tapi tatap aku dari sisi yang lebih memberi arti, mungkin satu yang terbaik bisa kau singgahi dan mungkin terlalu berkesan untuk kau tinggalkan!! Aku berharap menjadi jawaban do’a atau yang pertama mengenal hatimu meski aku harus berpacu dengan waktu untuk sandarkan letihku dan wujudkan bahagia seiiring sepi menjepit sukmamu.. Retorika Cinta ini mungkin bisa menghapuskan ragu di hatimu, menyatukan hati yang terbagi, dan meyakinkan hati yang sempat ingin berlari menjauhi cinta, anugerah tuhan yang penuh kesejukan.. Bidadari Sambut aku.. I LOVE YOU |
The End
Taken From:
An Irfan's Short Story of Love
RETORIKA CINTA
Arhamsyah, Irfan (2008). Retorika Cinta. Sibolga: Dreaming.
cinta
BalasHapussebuah kata yang tak pernah luput dari setiap insan,, itu hal yang wajar karena itu kita dapat dari sang pencipta yang memberikan sebagian dari sifatNya (maha pengasih lagi maha penyayang).
"cintailah seseorang karena Allah".
kak, ceritanya nanggung..
masa' cuma sampe nulis surat aja?
jawabannya apa?
pembaca penasaran niii..