Kamis, 14 Juli 2011

INDONESIA DAN PENDIDIKAN KARAKTER


Selamat beraktifitas kembali para insan pendidikan Indonesia di dalam lingkungan sekolah. Lembaran baru kini siap untuk digoresi  sebagai simbolis dimulainya tahun ajaran baru yang pada saat ini mempunyai spektrum berbeda dari biasanya. Ada inovasi yang dicanangkan pada tahun ini dengan harapan itu adalah sebuah solusi tepat guna memperbaiki sistematika edukasi dan diharapkan mampu memproduksikan maksimalnya sublimasi ke arah kebaikan bagi dunia pendidikan kita.

Pendidikan karakter, itulah bahasanya. Indonesia telah merubah haluannya dalam berpikir setelah terlambatnya kesadaran datang untuk memotivasinya. Sepertinya, indikasi-indikasi kerusakan  yang terjadi selama ini semakin kontras mewarnai dinamika kehidupan kita yang sukses memberikan kegamangan akan efek buruk keruntuhan moral dan mental generasi mendatang Indonesia. Hingga hal itu turut serta membawakan opsi-opsi yang bersedia menjadi jalan keluar dari permasalahannya. Dan  keputusan mengenai kebijakan tentang Pendidikan karakter mulai diinjeksikan kedalam tubuh. pengelola proses belajar mengajar.

Pengintegrasian pendidikan karakter ini direncanakan akan disisipkan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran secara maksimal dikembangkan dan ditautkan dengan konteks kehidupan sehari-hari agar pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Pendidikan karakter ini digadang-gadangkan sebagai proses peningkatatan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang menjurus kepada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter ini juga diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Wacana tentang tercerdaskannya individu secara emosional ini kesankan menjadi bekal penting dalam mempersiapkan peserta didik menyongsong masa depannya, karena dengan karakter spritual yang dewasa akan memotivasi seseorang untuk menjalankan tugasnya dengan profesional dengan etos kerja yang bertanggung jawab. Cerdasnya emosional manusia juga akan lebih mudah baginya dalam mencapai keberhasilan serta menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Visi itu mengekspos misi dibangunnya pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur mencakupi karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggungjawab, kejujuran/amanah, diplomatis, hormat dan santun, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama, percaya diri dan pekerja keras, kepemimpinan dan keadilan, baik dan rendah hati,  karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Andai kata Indonesia sukses mempondasikan hal itu, maka keminimalisiran dari hal yang rusak itu  dapat diperbaiki serta salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia akan dapat terpenuhi.

Namun, jika kita hanya berbicara secara teoritis, maka tidak akan ada hasil yang akan kita dapatkan karena segala hal itu menuntut hal yang lebih kearah realistis. Kalimat yang benar ini menjadi memo kepada kita (Indonesia) yang sudah terkenal sangat cakap jika hanya sekedar “bercakap-cakap”  Urgensi pendidikan karakter yang telah digemakan oleh hampir seluruh subjek dunia akademis ini akan memulai langkah barunya di tahun ajaran yang baru.. Tentunya, pensinergian diri dari para individu pengolah pendidikan ini secara ulet dan professional sangat mutlak diharapkan. Disini peran guru sangat penting dalam pembentukan karakter para peserta didik karena lebih punya keleluasaan secara psikologis  terhadap seluruh peserta didik di kelas dan punya frekuensi yang banyak untuk berhadapan langsung dengan peserta didik. Kekompetitifan guru dipertaruhkan untuk mengemban amanah besar ini sebagai pembuktian ketotalitasan profesi dan pembuktian kecakapan diri setelah gelar akademik (para guri) telah disandang.

Namun perlu diingat oleh setiap keluarga Indonesia, pendidikan karakter ini hanya untuk menempakan karakter para peserta didik. Sementara, cikal bakal karaker yang ingin ditempa ini berasal dalam internal keluarganya sendiri. Berarti, hal ini secara logis menyatakan bahwa pribadi manusia itu berangkat dari rumah (keluarganya). Jadi, peran serta keluarga dalam membina secara dini, berkontinu dan profesionalisme (sebagai orang tua) dalam mendidik anaknya juga mengambil andil penting. Berarti ada ikatan kerja sama disini antara pihak sekolah dan keluarga peserta didik yang masing-masing pihak merupakan perpanjang-tanganan dari masing-masing pihak. Jika di sekolah, ada standar kompetisi pembangunan karakter dari para guru, maka rumah dan lingkunganlah sebagai sanggar pempraktekannya dengan binaan sang orang tua/wali.

Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis. Begitu jugalah langkah baru yang kita tapaki ini diharapkan sukses memberikan hasil yang sesuai dengan kepositifan dan pencapaian yang kita harapkan. Semoga.


Irfan Arhamsyah Sihotang
Mahasiswa STIE Al-Washliyah Sibolga
Aktifis Gerakan Mahasiswa Sibolga-Indonesia (GERMASI)

Sumber:
Metro Tapanuli Edisi Kamis 14 Juli 2011


2 komentar:

  1. Follow my blog Van, kayanya blm deh :D
    Salam!!!

    http://yudhimovic.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Mau aq follow, tapi gak nemu kolom follower kamu di blog tu. dimana?

    BalasHapus

Jika pembaca ingin memberikan komentar tapi belum mempunyai akun google, silahkan mengomentari dengan profile "Anonymous"... dengan ketentuan menulis "e-mail" anda sebelum menulis komentar! Thanx