Cinta, aku memulai karya dengan kata yang klise ku dapat selama ini namun selama itu juga masih merahasiakan makna-makna sebenarnya. Cinta, aku menulis sebuah kata dari sebuah bahasa yang sedikit ku kagumi indah, namun tak menjadi pilihan utama yang sempurna saat aku dan mereka yang berbahasa untuk menggunakannya. Mungkin terdengar sedikit asing, dari kata “Love” yang biasanya!
Sebenarnya, aku sedikit bosan dengan perasaan ini. Bukan karena memang sudah terbiasa atau sedikit antipati, namun lebih tepatnya aku muak karena beragam ceritanya yang selalu ku pikirkan, ku jalani dan ku rasakan dengan sebenar dan seadanya. Aku memang hanya seorang pria dengan pemikiran sederhana tapi aku punya seribu belitan saat aku berkata dan beretorika. Aku sering berkata dalam hati, bercanda dalam imagi, gila dalam berekspresi dan itu semua hanya untuk satu harapan pasti, tulisan ku tertuang lagi di layar silau ini! Dan tentang cinta, kali ini aku ingin memberikan sentuhan berbeda.
Berbicara tentang cinta, aku yakin sudah pernah menggoreskan banyak karya tentang itu semua. Namun, makna luas tentang cinta ini saat ku persempit menuju satu tujuan tiba-tiba menjadi sebuah gambaran yang indah dan akhirnya kembali menggoda. Teringat dengan magis senyum manisnya, dan seterusnyalah terserah pria seperti anda mau mencoba mengingatnya seperti apa. Aku takut, akan terjebak lagi dalam euforia saat lagi-lagi membayangkannya!
Seorang wanita, kajian ku secara lelaki liar menelusuri jejak langkah pujaan dan mantan pujaanku. Wanita adalah objek terbaik dari kata cinta. Mungkin akan sama seperti pria lainnya, kami ini sepakat memberi nomor urut 1 pada kesempurnaan paras wajah si dia yang menjadi penilaian utama. Cantik, cantik, cantik. Setiap pria akan jatuh hati dan spontanitas menumbuhkan rasa sakral cinta dihatinya namun berkamuflase yang katanya hanya sebatas rasa “suka” lalu mempesembahkannya pada wanita yang cantik itu tanpa berlama-lama. Dan jika ternyata harus berlama-lama, itu hanya untuk menikmati setiap lirikan ketertarikan dan ingin merasakan rasa begitu hebatnya diri saat kau melakukan sesuatu yang berarti untuk memenangkan sebuah perhatian dari dirinya. Beruntunglah dirimu, saat kau tahu dan kau diakui “Cantik” oleh kaum adam, wahai wanita! Kecantikan wanita, adalah modal pemikat kami yang haus tuk mencinta! Dan jika sudah sempurna dalam memiliki cinta dari kecantikan anda, bersegeralah menjadikan dirimu agar lebih mulia, karena kebiasan kami kaum pria adalah menjilati setiap pesona dirimu dengan cara yang berbeda-beda namun satu dalam cerita. Terang saja, kami ini sangat terbiasa untuk BERBAGI WANITA.
Tanpa bermaksud untuk meminuskan nilai-nilai lebih wanita, hanya sebatas sebuah karya sastra, aku merasa ingin bebas membicarakan sisi-sisi lain cinta yang sepakat kita pahami selalu menjadi tema antara hubungan emosional setiap lelaki dan wanita dari era romeo juliete, cassanova dan sampai saat ini sudah menorehkan 1001 kisah manis dan harunya dengan pemeran-pemeran yang berlakon dari setiap penjuru dunia.
Pribadiku lebih gelap dalam memberikan nuansa cinta yang selalu terucap dari mulut pria pada wanita. Karena berdasarkan apa yang kami (kaum pria) alami, kata cinta itu kini sejatinya hanya sebatas kata penengah bagi nafsu yang meraja setelah bermukaddimahkan perhatian dan rasa peduli diawalnya. Ironisnya, jika kami tertarik pada kecantikan wanita, naluri lelaki kami punya energi yang kuat mendominasi hal yang berseni erotis di jiwa. Kami akan berkata tentang kekaguman lalu sedikit menyinggungkan hayalan liar menerawang. Itu bukan hanya dilakukan oleh seorang pria seperti aku atau dia saja, tapi mereka dan kami lelaki semua berpikiran hal yang sama! Dan saat kami beraksi, tentu aksi yang berawal dari mata itu membuat kami harus rela bersama-sama dalam berbagi wanita. Bayangkan, jika anda (wanita), mengetahui hal itu. Mungkin akan sedikit berbangga, tapi adakah rasa sedikit tak rela bagi anda? karena pasti sejuta persepsi sudah mempredikati anda saat bertingkah. Anda adalah objek yang terbagi, dibagi secara tak terhormat dipikaran kami. Mungkin diawali dengan kata “cantik” namun diakhiri dengan penyelesaian kesimpulan, “kau sudah tak berharga” saat kami yang tergoda berhasil meraihmu dan menguliti setiap misteri yang berharga dari dirimu! Dan hal ini juga kami lakukan secara bergilir dari pacar pertama, kedua dan mungkin saja sampai pacarmu yang kesekian kalinya hingga kau menemukan pria yang rela menikmati bagian akhir dari pesonamu yang sudah hampa itu. Kami berbagi wanita dengan sangat baik, meski kadang harus dengan cara tidak pula.
Miris, saat sadar itu benar-benar menjadi keadaan yang sebenarnya, kesadaran tentang cinta yang hanya sia-sia saat terucap begitu baikya namun akan menjadi sebuah alasan menginjakkan sebuah kesucian dihamparan permadani yang seharusnya ditapaki oleh jejak para pasangan insan yang sempurna dalam melangkah.
Berbagi wanita, mungkin sangat berbau sarkastis dan mencacati etikaku pada wanita. Tapi, berbagi wanita memang sudah biasa dan bukanlah sebuah rahasia. Meskipun, jauh dari lubuk hatiku masih inginkan hal ini tak bertahan selamanya. Metode berbagi wanita ini pun, masih sangat rumit ku temukan penyelesaian baiknya. Karena memang, berbagi wanita adalah didasari dari paradigma pelakunya yang mengartikan itu berasal dari kata cinta. Ya cinta, sebuah rasa yang mempengaruhi keadaan dan tanpa mempunyai formula. Tak ada rumus yang bisa mencipta atau menghancurkan cinta. Terang saja, berbagi wanita masih terus meraja. Aku dan mereka sebagai pemburu, cinta dari hati adalah persembahan, materi dan gombalisasi adalah senjata penakluk serta perhatian kami menjadi jaring pembungkus kecantikan, kebaikan dan segala hal yang hampir dinilai sempurna dari dirimu.
Aku menjadi alergi dengan konsep “pacaran” yang orang bilang miniatur pernikahan itu. Karena bagiku, berpacaranlah pintu gerbang berbagi wanita. Benar, aku tak suka konsep berbagi wanita ini. Aku ingin sekali melihat wanita itu tampil lebih menggemaskan dalam keluguan dan kelucuan serta menarik kekagumanku dengan kecerdasan dan kebersahajaannya. Tanpa harus disentuh dan meninggalkan sidik jari kejahatan birahi disisinya.
Secara biologis, mungkin itu hal yang tak mungkin terjadi karena tuntutan biadab itu memang harus dipenuhi. Apalagi oleh kita yang setengah memahami arti berkomitmen pada kepercayaan yang seharusnya bisa membendung semua. Tanpa munafik, aku juga orang sering tergoda.
Saat aku tergoda, jujur aku punya variasi cara untuk membalikkan keadaan rasa sukaku padamu menjadi rasa sukamu padaku. Lelaki seperti anda juga pasti punya kepercayaan diri yang sama seperti aku! Aku lebih suka bereaksi mensinyaliri daya tarik yang wanita tunjukkan padaku. Apapun itu, ntah dengan suara lembut manjanya atau dari bingkai tawanya, aku akan menghampiri rayuannya dengan segudang trik rayuanku! Lelaki seperti anda juga, masih pasti punya kepercayaan diri yang sama seperti aku, ya kan?
Jika semua diantara kita (lelaki) punya kepercayaan diri yang sama seperti itu, apakah ini juga bukan faktor yang membuat kita lagi-lagi harus berbagi wanita? Ya, lugas sajalah dalam menjawab wahai sahabat!
Yang menjadi skor akhir dari petualangan berbagi yang unik ini, bukanlah pada akhirnya. Mungkin itulah kesimpulan awalku! Karena, jika torehan angka penilaian diproses di akhir, pasti kau sudah lupa berapa banyak hal yang buruk sudah kau lakukan di proses awal. Sebut saja, proses akhir itu adalah sebuah pernyataan kau telah memilikinya secara utuh menurut pemikiranmu. Nilaimu mungkin tak seberapa dari pengakuan lelaki lainnya, karena konsep berbagi wanita bukanlah jaminan berbangga diri setelah meraih wanita yang terbagi. Mungkin kau punya, tapi kami sampai kapanpun adalah bekas penikmatnya! Petualangan itu harus diakhiri ditengah menuju akhirnya, saat kau harus melepaskan konsep berbagi wanita dan benar-benar menjadikan dirinya wanita yang tak terbagi lagi.
Aku, mencekal dan menganggap rendah wanita yang terbagi setelah termiliki orang lain namun terlepas dan kembali menjadi wanita yang akan dibagi lagi. Setelah wanita mengalami proses itu, kecantikan atau hal yang dibanggakannya pun mungkin masih menarik, tapi tidak dengan pemikiran lelaki lainnya! Yang akan selamanya memberikan kata sedih terdengar saat memikirkanmu.
Terlalu gampang diraih,
Akan terlalu mudah saat dilepaskan.
Terlalu mudah memberi,
Akan terlalu berharap untuk menerima.
Terlalu cepat memutuskan,
Akan terlalu singkat untuk menunggu mendapatkan penyesalan.
Terlalu sering mengorbankan,
Akan terlalu banyak menumpukkan tuntutan.
Terlalu percaya kata cinta,
Akan segera tahu bahwa benci akan melanda.
Aku bukan penuntut kesempurnaan, tapi aku pemimpi keindahan.
Berbagi wanita hanyalah sebuah karya yang tercemar diantara karyaku, namun ku rasa perlu untuk mengumbar kenyataan pahit beratas namakan cinta yang terlalu banyak teralami di setiap detik masa. Biar aku, kau, dia dan mereka tahu bahwa kita memang sudah melewati batas kewajaran dalam mengekspresikan cinta.
Untuk wanita yang terbagi,
Untuk pria yang membagi,
Untuk cinta yang dipecundangi,
Dan untuk nafsu serta keegoisan yang merajai diri.
Spesial thanx to:
Wanita terbagi yang menginspirasi karya ini dari penggalan kisah mereka.
izin baca ia :)
BalasHapusOke, thanx ya udah mo bertamu. silahkan diminum tehnya! :D
BalasHapus