Ada yang membelakangi ku, sosok itu perlahan berjalan menjauh dan tetap membelakangiku. Padahal awalnya, tadi kami sempat berpapasan dan saling melirik sejenak! Namun ia berlalu begitu saja dan aku pun berbalik melihatnya kembali, hingga sekarang ia membelakangiku.
Aku sengaja begitu, aku sengaja memperhatikan dia dengan cara itu! Meski aku hanya bisa menikmati sisi belakangnya, tapi itu adalah saat terindah yang terjadi di beberapa detik waktuku. Entah mengapa, mungkin hanya sekedar melihat lekuk tubuh langsingnya saat berjalan atau hanya mengagumi betis putihnya, entah lah. Aku tak punya alasan yang bagus untuk merasionalisasikan tingkahku ini, tapi yang pasti momen tadi sudah berulangkali terjadi dan selalu ku rencanakan.
Dia menghilang di persimpangan jalan dan masuk ke sebuah lorong menuju rumahnya. Bukan itu hal yang ku suka, tapi lebih kepada apa yang terjadi sebelumnya, sesaat dia mau berbelok masuk dan pandanganku terhalang tembok, dia pun kembali melihatku. Dia seakan tahu aku memperhatikan saat dia berjalan! Dan disaat itu, aku merasa bangga karena lirikannya tadi adalah sambutan positif dari si betina yang tertarik. Dan akulah Jantan yang jadi pecundang!
“Frans! Payah lu... samperin aja napa?”
Temanku Dani ada disampingku menggerutu jengkel padaku. Bagaimana tidak, aku terlihat benar-benar seperti lelaki yang jauh dari kata Gentleman seperti dia...
“Aku sih pengen Dan! Banget malah, tapi...”
kataku sambil mengalihkan pandangan dari objek indah yang sudah berlalu tadi.
“Tapi apa? Takut? Gak berani? Malu?... Kacau Lu! ”
Dani ngejek aku seperti biasa, yah... tapi apa yang dikatakannya itu sama sekali tidak salah. Namun tuk membela harga diri yang tersisa ini, aku tetap beralasan,
“Tapi, aku gak punya alasan tuk nyamperin dia Dan! Namanya aja aku gak tahu!” alas ku berucap...
“makanya kenalan!!! Gimana sih lu?”
ucap Dani geram
“Iya iya, besok... Diusahain. Sewot lu Dan...”
Aku mulai beranjak dari kesabaran tersudut rapuh.
“Bukan sewot Frans, aku Cuma kasian... percuma lu perhatikan dia, lalu ngayal gak jelas! Bikin puisi lah! Ngelukis dialah, kalo bagus lukisannya lumayan, ni cakepnya lu ganti jadi kayak muka monyet! Hahaha”
Beneran ni si Sobat, keterlaluan banget dia menghina!
“Anjrit Lu Dani peang!!! Wah nyari gara-gara lu, pantesan aja Note aku hilang! Lu yang nyakari ya... balikin! Itu berharga buat aku, itu karyaku Dan, pleaselah jangan becanda!”
Aku setengah marah dan setengahnya lagi Malu banget rasanya! Sial!!! Catatan aku dibaca, itu dokumen rahasia ku! Aku nulis jurnal keseharian, puisi, dan lukisan iseng disitu. Tidaaaaaaaaaak!!! Hatiku berontak.
“Eiits, tenang. Note kamu ada di tempat yang aman... ntar juga kembali. Jangan marah sob! Gua cabut dulu, besok samperin Viola ya...”
Suara itu berangsur mengecil termakan jarak yang semakin jauh dariku, si Teman yang bertingkah tak termaafkan itu berlari kencang hindarkan start kejaranku!
Note aku tetap tak kembali dan sudah dibaca orang lain, meski sahabatku, tapi hatiku masih sakit rasanya! Aku butuh privasi... tapi biarlah fikirku, yang penting note itu tak sepenuhnya hilang, jadi karyaku masih terdokumen aman. Aku pulang...
***
Viola, itulah namanya. Setidaknya satu informasi yang paling penting ku dapatkan dari kekejian sahabatku Dani. Viola, nama yang indah... Viola, gadis pendatang yang baru seminggu berbaur di perumahan kami. Di hari ini, aku menunggunya tidak sabar. Aku bertekad memberanikan diri tuk menyapa dan bercerita dengannya setelah seminggu aku harus menanggung beban menjadi pengagum rahasianya. Sosoknya yang ku nantikan pun belum terlihat di ujung jalan ini. Biasanya, Jam 1 Siang dia sudah pulang sekolah dan momen berpapasan itu pun terjadi, tapi sekarang? Jarum jamku berkata ini sudah jam 2.30 menjelang Sore, dia belum juga pulang. Viola, dimana kau sayang? Hatiku berucap romantis. Tapi kelamaan berubah jenuh tuk menunggunya, disertai pudar pesona gayaku yang tersengat teriknya mentari di siang yang cerah ini....
“BremBremmmBrembreeeeeeeemmm!...”
Suara ribut menggagu telingaku bersumber dari sebuah motor diujung jalan yang cepat mendekatiku. Sosok yang ku kenal, Dani si Kampret! Bentakku dalam hati yang masih emosi padanya...
Dia perlahan mendekatiku dan menyapa
“Siang Brotha, lagi ngapain nongkrong sendirian disini”
Sok akrab fikirku, gak tahu apa? Aku lagi marah sama kamu bro! tapi ya sudahlah, mumpung aku lagi tak pengen ngerusak penampilanku karena emosi, sambil membanggakan diri dan merubah image aku jawab sajalah pertanyaannya!
“Nunggu Viola! Tapi belum datang juga, apa dia ngambil Ekskul ya sore ni?...” kataku padanya
*Diam beberapa detik
“HAHAHAHAAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHA”...
Tawanya mencakar langit, terbahak abis!!!
“apa lu Dan? Apa yang lucu?”
tanyaku bingung gak kepalang, aneh! Napa ni kawan fikirku...
Sambil tertawa dan menahannya lalu mengambil jeda sejenak tuk narik nafas kemudian senyum cengengesan dan tertawa kecil lagi, Dani bilang:
“INI HARI MINGGU LONTONG!!!!!”
Ya Ampun... Pantesan aja dia tak melewati jalan ini! Jalan yang selalu di laluinya saat pulang sekolah, benar kata Dani, aku akhirnya tersadar bahwa sebenarnya hari ini adalah Minggu.
*Diam beberapa detik lagi
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHA”...
Aku pun terbahak bersamanya menyadari kebodohan dan sia-sianya penantianku ini
Aku pun terbahak bersamanya menyadari kebodohan dan sia-sianya penantianku ini
“O I ya Yaaaaaaa... Astaga....”
Sesalku kesal, ku tutup dengan kata “Sial!”
***
2 Jam pun berlalu... Tadi aku dan Dani sempat nongkrong dan bercerita di café Tariya, tempat yang ada di sudut kotaku. Tempat itu tak terlalu jauh dari rumahku, dekat dengan pantai, itu suasana yang ku suka. Tapi, Handphone Dani berbunyi dan buat dia tampak tergesah ingin beranjak pergi, aku tanya kenapa dia hanya menjawab
“Ada hal penting, aku pergi dulu, mau ikut pulang gak?...”
“Duluan aja Dan, aku mau ke GnG bentar... ntar aku balik naik angkot aja...” jawabku.
Dani pun berlalu.... dan aku sekarang sedang menyusuri tepi kota yang dibasahi hujan lebat ini.
***
Di Toko Kaset GnG
“Mba’, ‘Bintang Lima’nya Dewa19 ada mba’... yang tahun 2000?”
Aku setengah basah kehujanan tadi bertanya pada penjaga toko yang terlihat jengkel melihat penampilanku
“Ada... tuh di sudut bagian Katalog” jawab mba’ tadi cadas.
Tanpa basa-basi aku tinggalkan pembicaraan kurang asyik ini dan menuju sudut kiri toko itu.
Ouuups... Ada yang membelakangiku!
Di ujung sudut itu, tepat di dekat kaset bertuliskan Dewa19, kaset yang ku cari.
Sosok itu sedang mencoba satu kaset, dia ku lihat memakai headset.
Aku mendekat dan semakin berjalan mendekat padanya, dan sekarang aku sudah bersampingan. Aku melirik wajahnya dari samping, sepertinya aku kenal perempuan berambut lurus sebahu ini. Samar! Dia tak mau melirik ku balik, jadi aku tak bisa melihat utuh wajahnya.
Akhirnya, aku memakai headset yang terletak diantara aku dan dia, lalu memakainya tuk mendengarkan lagu apa yang sedang didengar si nona ini.
“Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta kepadaku... beri sedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa”
Penggalan lirik Dewa19 sentak memoriku mengenang. Ternyata dia sedang memutar lagu yang ada di album yang sedang ku cari tadi.
Lagu pun berakhir, kami sama-sama membuka headset dan saling bertatapan. Jelaslah sudah aku melihat wajahnya. Ternyata yang sedang bersanding dengan ku tadi adalah
“Viola?” sapaku kaget!
“Frans” jawabannya pun terkesan kaget!
“Loh, kok kamu tawu nama aku sih?” Viola bertanya selidik
“Eee Anu itu hmmm.... kok kamu juga tawu namaku?” Aku gugup dan bingung pun kembali bertanya padanya?
*diam beberapa detik
“HAHAHAHAAHAHAHA”
Kami pun tertawa, lucu! Sangat Lucu! Kami belum pernah kenalan tapi sudah saling kenal. Berarti ada sebuah cerita dibalik ini semua sadarku..
“Suka Dewa?” tanyaku meredakan suasana
“Iya...” jawabnya lugas
“Eh aku juga loh...” aku senang mengatakan dan menyadari itu, kami punya selera musik yang sama.
Beberapa saat, kami bercerita di sudut ruangan itu kemudian berlanjut ke Café Tariya dan mengakhiri pembicaraan pertama kami yang manis ini di bibir pantai berlumuran pasir sambil mengagumi ombak yang restui pendekatan kami. Kami sudah saling tertarik di perdananya komunikasi langsung ini. Satu momen indah di awal yang indah. Tak terbayangkan rasa bahagia ini, akhirnya aku sedang bersama gadis pujaanku. Ini pun memulai satu kisah yang indah yang berakhir mulia.
***
“Dia semula tak tahu, bahwa akulah yang merencanakan semua pertemuan itu. Aku menghubungi gadis itu dan memberitahu segala rencanaku. Aku mencuri notebooknya dan menunjukkannya pada gadis yang selama ini hanya selalu membelakanginya. Aku tahu, dia suka padanya, dan aku juga tahu gadis itu pun juga tertarik padanya. Tapi mereka terjebak dalam malu dan bisu. Sebagai sahabat, aku tak bisa tinggal diam. Aku harus berinisiatif pada sahabatku dan menyadarkannya bahwa lebih baik bila memandang gadis itu dari depan, karena kau akan melihat wajah cantiknya”...
“HAHAHAHAHAHAHAHA”
Perpaduan ramai tawa menyelimuti ruang dengar kami sehabis akhir kalimat tadi
Itulah kalimat sahabatku Dani mengenang kisah 20 tahun yang lalu, dia menutup cerita nostalgia awal percintaan aku dan Viola hingga sekarang aku sudah berkeluarga dan punya 2 Putra dan 1 Putri kecil yang manja. Di meja bundar dengan keluarga besar dan kumpulan sahabat-sahabatku ini, kami tertawa bahagia seakan dalam fiksi yang nyata. Dan kagumku pun berdecak, Dani adalah sahabat terbaik yang mengkreasikan momen indah dan berharga ini.
Jadi,
Adakah yang membelakangi sahabatmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika pembaca ingin memberikan komentar tapi belum mempunyai akun google, silahkan mengomentari dengan profile "Anonymous"... dengan ketentuan menulis "e-mail" anda sebelum menulis komentar! Thanx